Arsip untuk ‘Agama’ Kategori
Monday, July 8th, 2024 |
Oleh : Moh. Aslim Akmal

Pengajian sanganan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut nama sebuah majlis ta’lim di Masjid Agung Kudus. Majlis ta’lim tersebut diprakarsai atau didirikan oleh K.H.R. Asnawi Bendan Kudus (1861-1959), berbentuk pengajian umum, dan diasuh sendiri oleh K.H.R. Asnawi Bendan sampai tiba usia sepuh. Pada awalnya pengajian sanganan bertempat di pendopo kabupaten Kudus atas permintaan bapak Subarkah selaku bupati Kudus tahun 1945. Pengajian tersebut diselenggarakan sekali setiap tanggal 9 pada bulan kalender hijriyah sesudah shalat isya’. Setelah bapak Subarkah dimutasi ke daerah lain pada tahun 1946 majlis pengajian sanganan dipindahkan oleh K.H.R. Asnawi ke Masjid Agung Kudus yang berada di sebelah barat tidak jauh dari pendopo kabupaten, di kawasan alun-alun. Selain sebagai sosok yang berjiwa pejuang K.H.R. Asnawi mempunyai jiwa pendidik yang sangat kuat. Masjid, madrasah, pondok pesantren, dan majlis ta’lim menjadi tempat kiprahnya untuk mendidik dan memberdayakan kaum muslimin agar menjadi generasi yang qawwiyul amin. Di pondok Bendan, K.H.R. Asnawi memiliki wiridan pengajian tafsir Jalalain selama di bulan Ramadhan. Setiap tanggal 29 Rabiul awal K.H.R. Asnawi menyelenggarakan majlis maulid nabi bertempat di pondok Bendan. Majlis sekali dalam setahun ini dirangkai dengan acara khataman al-Qur’an bin nadhar dan bil ghaib yang diasuh oleh putranya, H. Muhammad Zuhri.
Di pondok Bendan, K.H.R. Asnawi juga mengadakan majlis nasihat sekali dalam sebulan yang dinamakan pengajian patbelasan. Majlis ta’lim tersebut diselenggarakan setiap tanggal 14 bulan hijriyah. Majlis tersebut banyak diikuti oleh kaum muslimin muslimat dari berbagai penjuru kota Kudus dan sekitarnya. Di majlis ini K.H.R. Asnawi selain memberikan nasihat agama juga nasihat yang dapat membangkitkan semangat cinta tanah air atau nasionalisme kepada para peserta pengajian. Karena dianggap membahayakan kekuasaan kolonial Jepang, akhirnya majlis tersebut dilarang.
Rangkaian acara dalam susunan majlis ta’lim yang diasuh oleh K.H.R. Asnawi adalah iftitah bil fatihah, qiro’atul qur’an, shalawat, tahlil, ceramah pengasuh, dan do’a. Shalawat yang diciptakan oleh K.H.R. Asnawi yang dikenal oleh masyarakat dengan sebutan shalawat asnawiyyah menjadi satu-satunya shalawat yang selalu digaungkan dalam majlis-majlis ta’lim K.H.R. Asnawi. Gemuruh suara shalawat asnawiyyah dari para peserta pengajian tersebut dapat membangkitkan semangat perjuangan dan mencintai tanah air Indonesia. Salah satu bait dalam shalawat asnawiyyah “aman aman aman Indonesia Raya aman”, yang artinya semoga Negara Indonesia aman selamanya.
Menurut cerita lisan Ibu Hj. Sunaifah Akmal (w. 2017), setiap selesai mengasuh pengajian sanganan K.H.R. Asnawi selalu dijamu di kediaman salah seorang pengurus Masjid Agung Kudus pada waktu, yaitu Kiai Washil. Rumah kediaman Kiai Washil berada di sebelah barat Masjid Agung Kudus. Dalam penjamuan tersebut Kiai Washil selalu menyuguhi makanan kesukaan K.H.R. Asnawi, yaitu sate kambing dan gule buatan Pak Mu’in yang berdagang di sebelah utara masjid. Penjamuan istimewa Kiai Washil tersebut karena K.H.R. Asnawi dianggap sebagai tamu sekaligus ulama atau kiai besar waktu itu yang harus dimuliakan. Terkadang Kiai Washil juga membawakan pulang sate dan gule kepada K.H.R. Asnawi untuk keluarganya di rumah.
Selain mendirikan majlis ta’lim sanganan, K.H.R. Asnawi juga mendirikan majlis ta’lim pitulasan di Majid al-Aqsha Menara Kudus. Kedua majlis ta’lim tersebut sangat melegenda dan dikenang oleh masyarakat Kudus. Setelah K.H.R. Asnawi wafat, ada beberapa kiai besar yang pernah menjadi pengasuh demi keberlangsungan kedua majlis ta’lim tersebut. Di antaranya K.H. Bisri Mustofa, K.H. Yasin Blitar, K.H. Muhammadun Pati, dan masih banyak lagi para kiai yang lain. Namun sayang, majlis ta’lim sanganan saat sekarang sudah tidak aktif lagi. Seingat penulis ketidakaktifan sekitar tahun 1980-an. Sedang pengajian pitulasan yang semula berbentuk pengajian umum bersifat ceramah sudah berganti bentuk menjadi pengajian dialogis atau seminar yang diselenggarakan setiap bulan Ramadhan.
Semoga bermanfaat Kudus, 1 Muharram 1446 H.
Posted in Agama, Seni Budaya | Tidak ada komentar »
Tuesday, May 14th, 2013 |
“Ya Tuhanku, aku tidak layak memperoleh surga-Mu, tetapi aku tidak sanggup menanggung siksa neraka-MU, maka dari itu ya Allah…karuniakanlah aku ampunan-Mu, ampunilah dosaku, sesungguhnya Engkau pemberi ampunan dari segala dosa-dosa yang besar”
Sudah terlalu banyak kesalahan, kealpaan, dan dosa yang menggunung atas nama diri, terkadang diri santai dan masih berlagak seperti orang yang suci, merasa diri yang penuh kehormatan, diri yang jauh dari dosa, diri yang kelak pasti akan diampuniNYA, diri yang akan jauh dari siksa neraka, dst. Kapan lagi diri sadar, isyaf, dan bertaubat, apa sajakah yang diri tunggu? Sakaratul maut bisa menghampiri diri sewaktu-waktu. Bagaimana diri akan bertaubat pada sang Khaliq???.
Pintu gerbang taubat adalah kesadaran, penyesalan diri atas segala perbuatan yang salah dan mengundang dosa. Setelah sampai pintu gerbang maka diri segera memohon maaf dan ampunan padanya. Shalat Taubat adalah salah satu pilihan bentuk aktifitasnya. Sebuah shalat sunnat yang dilakukan atas nama ikhtiar untuk bertaubat kepada Allah SWT.
Sang kekasih Allah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, seperti yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Abi Dawud dan dihasankan oleh al-Albani dari Ali bin Abi Thalib r.a : Tidaklah seseorang melakukan suatu perbuatan dosa, lalu dia bangun (bangkit) dan bersuci, kemudian mengerjakan shalat, dan setelah itu memohon ampunan kepada Allah, melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya”. Kemudian Rasulullah SAW membaca ayat : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah – Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. (QS Ali-Imran: 135)
Cara untuk melaksanakan sholat taubat yaitu melakukan sholat dua raka’at pada waktu yang bebas, jadi dilakukan kapanpun, kecuali pada waktu yang diharamkan untuk melakukan shalat. Dimungkinkan pula jumlah rakaatnya 4 sampai 6, namun tetap dilakukan dua rakaat salam.
Niat untuk melakukan sholat taubat yaitu: Ushallii sunnatat taubati rak’ataini lillaahi ta’aalaa. Yang artinya: “Aku niat shalat sunat taubat dua rakaat karena Allah.”. Niat ini dibaca dalam hati saat melakukan takbiratul ikhrom pada awal sholat. yang terpenting adalah niat hanyalah untuk Allah Ta’ala semata-mata dengan hati yang ikhlas dan mengharapkan Ridho Nya.
Shalat taubat hendaknya menjadi pilihan utama ketika seorang muslim merasa melakukan perbuatan dosa, maka bertaubat baginya adalah sebuah kewajiban, dann disunnahkan baginya untuk melakukan shalat taubat. Sesungguhnya berdoa dan memohon ampunan apabila dilakukan setelah suatu perbuatan ketaatan seperti shalat atau membaca al Qur’an maka doanya akan dikabulkan.
Setelah melakukan sholat ini, anda bisa memilih beragam ritual lainnya, seperti membaca wirid, membaca al-Qur’an, lalu melengkapinya dengan doa-doa. Salah satu doa khusus yang bisa anda baca adalah: Astagfirullahal azhiim al ladzi laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyumu wa atuubu ilaihi taubata ‘abdin zhaalimin laa yamliku li nafsihi dharran wa laa naf’an wa laa mautan wa laa hayaatan wa laa nusyuuraa. Artinya: Saya memohon ampunan kepada Allah Yang Maha Agung, aku mengaku bahwa tiada Tuhan melainkan Allah, Tuhan yang hidup terus selalu terjaga. Aku memohon taubat kepada-Nya, selaku taubatnya seorang hamba yang banyak berdosa, yang tidak mempunyai kekuatan untuk berbuat mudharat ataupun manfaat, untuk mati atau hidup maupun bangkit nanti.
Semoga kita selalu berada dalam suasana kebatinan yang rendah diri, iman, dan taqwa, dihadapan Sang Khaliq Yang Maha Kuasa. Selalu merasa punya salah dan dosa segunung, dan bertaubat akan jauh lebih baik dari merasa tidak begitu bersalah dan punya dosa, dan lagi tidak melakukan taubat dengan bersungguh-sungguh.
Sumber : FB Keluarga ( Aslim.Akmal )
Posted in Agama | Tidak ada komentar »
Saturday, April 20th, 2013 |
Dari Anas r.a. berkata bahawa ada tujuh macam pahala yang dapat diterima seseorang itu selepas matinya.
1. Seorang muslim yang mendirikan masjid maka ia tetap pahalanya selagi masjid itu digunakan oleh orang untuk beramal ibadat di dalamnya.
2. Seorang muslim yang mengalirkan air sungai selagi ada orang yang minum daripadanya.
3. Seorang muslim yang menulis mushaf ia akan mendapat pahala selagi ada orang yang membacanya.
4. Seorang muslim menggali perigi selagi ada orang yang menggunakannya.
5. Seorang muslim yang menanam tanam-tanaman selagi ada yang memakannya baik dari manusia atau burung.
6. Seorang muslim yang mengajarkan ilmu yang berguna selama ia diamalkan oleh orang yang mempelajarinya.
7. Seorang muslim yang meninggalkan anak yang soleh yang mana ianya selalu mendoakan kedua orang tuanya dan beristighfar baginya. yakni anak yang selalu diajari ilmu Al-Qur’an maka orang yang mengajarnya akan mendapat pahala selagi anak itu mengamalkan ajaran-ajarannya tanpa mengurangi pahala anak itu sendiri.
Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah S.A.W. telah bersabda : “Apabila telah mati anak Adam itu, maka terhentilah amalnya melainkan tiga macam :
1. Sedekah yang berjalan terus (Sedekah Amal Jariah)
2. Ilmu yang berguna dan diamalkan.
3. Anak yang soleh yang mendoakan baik baginya.
Sumber: FB Keluarga [aslim.akmal]
Posted in Agama | Tidak ada komentar »
Saturday, April 20th, 2013 |
Sabda Rasulullah S.A.W kepada Mu’adz, “Wahai Mu’adz, apabila di dalam amal perbuatanmu itu ada kekurangan :
1). Jagalah lisanmu supaya tidak terjatuh di dalam ghibah terhadap saudaramu/muslimin. 2) Bacalah Al-Qur’an. 3) tanggunglah dosamu sendiri untukmu dan jangan engkau tanggungkan dosamu kepada orang lain. 4) Jangan engkau mensucikan dirimu dengan mencela orang lain. 5) Jangan engkau tinggikan dirimu sendiri di atas mereka. 6) Jangan engkau masukkan amal perbuatan dunia ke dalam amal perbuatan akhirat. 7) Jangan engkau menyombongkan diri pada kedudukanmu supaya orang takut kepada perangaimu yang tidak baik. 8) Jangan engkau membisikkan sesuatu sedang dekatmu ada orang lain. 9) Jangan engkau merasa tinggi dan mulia daripada orang lain. 10) Jangan engkau sakitkan hati orang dengan ucapan-ucapanmu.
Nescaya di akhirat nanti, kamu akan dirobek-robek oleh anjing neraka. Firman Allah S.W.T. yang bermaksud, “Demi (bintang-bintang) yang berpindah dari satu buruj kepada buruj yang lain.”
Sabda Rasulullah S.A.W., “Dia adalah anjing-anjing di dalam neraka yang akan merobek-robek daging orang (menyakiti hati) dengan lisannya, dan anjing itupun merobek serta menggigit tulangnya.”
Kata Mu’adz, ” Ya Rasulullah, siapakah yang dapat bertahan terhadap keadaan seperti itu, dan siapa yang dapat terselamat daripadanya?”
Sabda Rasulullah S.A.W., “Sesungguhnya hal itu mudah lagi ringan bagi orang yang telah dimudahkan serta diringankan oleh Allah S.W.T.”
Sumber : FB Keluarga [aslim.akmal]
Posted in Agama | Tidak ada komentar »
Saturday, April 20th, 2013 |
Sepulang dari madrasah, Labib (kelas 3 MI Qudsiyah) bertanya, “Iblis itu beriman kepada Allah tidak?” Jawab ayahnya, “Oh yaa, iblis beriman kepada Allah, bahkan iblis pernah berdialog dengan Allah ketika masih disurga”
Syahdan dahulu kala, ketika manusia pertama kali diciptakan oleh Allah, para malaikat diperintahkan sujud kepadanya, dan semua malaikat pun sujud, kecuali iblis. Pembangkangan iblis tersebut menuai kemarahan Allah, akhirnya iblis pun ‘dipersilahkan’ untuk menghuni neraka jahanam. Namun, lagi-lagi iblis meminta kepada Allah untuk menangguhkan eksekusinya, dan agar diijinkan untuk membawa manusia bersamanya. Dan Tuhan pun mengabulkannya.
Dari cerita di atas, tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa iblis tidak beriman kepada Allah. Bahkan iblis telah lebih dahulu ‘kenal’ dan ‘dekat’ dengan Allah dibanding manusia. Iblis percaya bahwa tiada tuhan selain Allah, beberapa ulama menyatakan bahwa ketauhidan yang hakiki adalah ketauhidan yang dimiliki oleh iblis. Mereka hanya mau bersujud kepada Allah, dan tidak kepada makhluk apa pun.
Lalu kenapa iblis kemudian mesti menerima ganjaran menjadi penghuni neraka jahanam? Apakah hanya sekedar akibat tidak mau bersujud kepada manusia? Padahal dalam perspektif tauhid sikap tersebut justru amatlah tepat, karena bersujud kepada makhluk lain berarti telah menyekutukan Tuhannya. Atau karena ego Allah yang tersinggung oleh sikap tauhid sang iblis, sehingga untuk menutupi ‘kesalahan’-Nya, maka dengan kekuasaan-Nya iblis pun harus menuai derita dengan menghabiskan hidup dan kehidupannya di neraka jahanam.
Bukan karena ego Allah, bukan pula karena ia mempertahankan sikap tauhidnya yang membuat iblis dibuang ke neraka jahanam. Iblis layak menghuni neraka jahanam karena tiada ketaatan dalam imannya. Beriman bukanlah sekedar percaya dan yakin, tetapi juga terwujud dalam perbuatan. Taat, tunduk dan patuh terhadap apa yang diimaninya, itulah esensinya beriman. Tiada keimanan tanpa ketaatan.
Iblis hanya tunduk dan patuh pada hal-hal yang ia mau, tetapi ia senantiasa akan membangkang untuk hal-hal yang tidak ia suka. Padahal ketaatan, ketundukan dan kepatuhan harusnya pada hal-hal yang semestinya, bukan pada hal-hal yang dimaui. Bukan merupakan sebuah ketaatan apabila hanya sekedar dilandaskan pada apa yang ‘kita’ mau. Sebuah ketaatan dilandaskan pada apa yang semestinya.
Iblis hanya mau memahami apa yang ia mau, dan menganggap apa yang sudah ia pahami sebagai kebenaran yang sebenar-benarnya. Padahal kebenaran yang ia pahami itu bukanlah kebenaran yang sebenar-benarnya, tetapi hanya sekedar kebenaran yang ia mau atau dengan bahasa lain adalah pembenaran. Alasan iblis untuk tidak mau bersujud pada manusia adalah karena ia memahami (baca: merasa) bahwa ia ‘lebih tinggi’ daripada manusia. Ia sama sekali menampik pemahaman bahwa ia ‘mesti’ bersujud bukan karena ‘kalah’ atau ‘lebih rendah’ daripada manusia, tetapi karena memang itu adalah perintah Tuhan.
Iblis senantiasa mengedepankan kemauan (baca: nafsu) dan menafikan kemestian. Iman iblis hanya dibangun atas sekedar percaya dan sama sekali tidak ada ketaatan di dalamnya. Iblis hanya mau menjalankan kebenaran yang dimauinya, di luar ‘kebenaran’ itu adalah salah. Dengan keimanannya itu bahkan ia melupakan hak dan kewenangan Tuhan sebagai pemilik kebenaran.
Sumber: FB Keluarga [aslim.akmal]
Posted in Agama | Tidak ada komentar »
Thursday, November 22nd, 2012 |
Hendaklah kamu berserah diri dan bertawakal sepenuhnya kepada Allah di dalam segala hal,
agar Dia mewujudkan kerja-Nya melaluimu.
Jika kebaikan yang didapati, maka bersyukurlah.
Dan jika bencana yang menimpamu, bersabarlah dan kembalilah kepada Dia.
Kemudian rasakan keuntungan yang didapati dari apa yang kamu anggap sebagai bencana itu,
lalu tenggelamlah di dalam Dia melalui perkara itu sejauh kemampuan yang kamu miliki,
dengan cara keadaan rohani yang telah diberikan kepadamu.
Dengan cara inilah kamu dinaikan dari satu peringkat ke peringkat lainnya yang lebih tinggi dalam perjalan menuju Allah,
supaya kamu dapat mencapai Dia.
Kemudian kamu akan disampaikan kepada satu kedudukan yang telah dicapai oleh orang-orang shiddiq,
para syuhada,
dan orang-orang saleh sebelummu.
Dengan demikian kamu akan dekat dengan Allah,
agar kamu dapat melihat kedudukan orang-orang sebelummu dalam menuju Raja Yang Maha Agung itu.
Di sisi Tuhan Allah-lah kamu mendapatkan kekekalan, keselamatan dan keuntungan.
Biarlah bencana itu menimpamu,
dan jangan sekali-kali kamu mencoba menghindarkannya dengan doa dan shalatmu,
dan jangan pula kamu merasa tidak senang dengan kedatangan bencana itu,
karena panas api bencana itu tidak sehebat dan sepanas api neraka.
Sebenarnya,
bencana yang datang kepadamu itu bukannya akan menghancurkanmu,
melainkan sebenarnya adalah akan mengujimu,
mengesahkan kesempurnaan imanmu,
menguatkan dasar kepercayaanmu
dan memberikan kabar baik ke dalam batinmu.
Allah berfirman :
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS 47:31).”
(Syeikh Abdul Qadir Al-Jilani)
Posted in Agama | Comments Off
Tuesday, November 6th, 2012 |
الشيخ أحمد المرزوقي المالكي
Asy-Syeikh Ahmad Al Marzuqi Al Maliki
أَبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ وَالـرَّحْـمَنِ وَبِـالـرَّحِـيـْمِ دَائِـمِ اْلإِحْـسَانِ
Saya memulai dengan nama Alloh, Dzat yang maha pengasih, dan Maha Penyayang yang senatiasa memberikan kenikmatan tiada putusnya
فَالْـحَـمْـدُ ِللهِ الْـقَدِيْمِ اْلأَوَّلِ اْلآخِـرِ الْـبَـاقِـيْ بِلاَ تَـحَـوُّلِ
Maka segala puji bagi Alloh Yang Maha Dahulu, Yang Maha Awal, Yang Maha Akhir, Yang Maha Tetap tanpa ada perubahan
ثُـمَّ الـصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ سَرْمَـدَ ا عَـلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدَا
Kemudian, semoga sholawat dan salam senantiasa tercurahkan pada Nabi sebaik-baiknya orang yang mengEsakan Alloh
وَآلِهِ وَصَـحْـبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ سَـبِـيْلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Dan keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti jalan agama secara benar bukan orang-orang yang berbuat bid’ah
وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوْبِ الْمَعْرِفَـهْ مِنْ وَاجِـبٍ ِللهِ عِـشْرِيْنَ صِفَـهْ
Dan setelahnya ketahuilah dengan yakin bahwa Alloh itu mempunyai 20 sifat wajib
فَـاللهُ مَـوْجُـوْدٌ قَـدِيْمٌ بَاقِـي مُخَـالِـفٌ لِلْـخَـلْقِ بِاْلإِطْـلاَقِ
Alloh itu Ada, Qodim, Baqi dan berbeda dengan makhlukNya secara mutlak
وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ قَـادِرٌ مُـرِيـْدٌ عَـالِمٌ بِكُلِّ شَيْ
Berdiri sendiri, Maha Kaya, Maha Esa, Maha Hidup, Maha Kuasa, Maha Menghendaki, Maha Mengetahui atas segala sesuatu
سَـمِـيْعٌ الْبَـصِيْـرُ والْمُتَكَلِـمُ لَهُ صِفَـاتٌ سَـبْـعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Berbicara, Alloh mempunyai 7 sifat yang tersusun
فَـقُـدْرَةٌ إِرَادَةٌ سَـمْـعٌ بَصَـرْ حَـيَـاةٌ الْـعِلْـمُ كَلاَمٌ اسْـتَمَرْ
yaitu Berkuasa, Menghendaki, Mendengar, Melihat, Hidup, Mempunyai Ilmu, Berbicara secara terus berlangsung
وَ جَـائـِزٌ بِـفَـضْـلِهِ وَ عَدْلِهِ تَـرْكٌ لِـكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Dengan karunia dan keadilanNya, Alloh memiliki sifat boleh (wenang) yaitu boleh mengerjakan sesuatu atau meninggalkannya
أَرْسَـلَ أَنْـبِيَا ذَوِي فَـطَـانَـهْ بِالصِّـدْقِ وَالـتَّـبْلِـيْغِ وَاْلأَمَانَهْ
Alloh telah mengutus para nabi yang memiliki 4 sifat yang wajib yaitu cerdas, jujur, menyampaikan (risalah) dan dipercaya
وَجَـائِزٌ فِي حَقِّـهِمْ مِنْ عَـرَضِ بِغَـيْـرِ نَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَـرَضِ
Dan boleh didalam hak Rosul dari sifat manusia tanpa mengurangi derajatnya,misalnya sakit yang ringan
عِصْـمَـتُهُمْ كَسَـائِرِ الْمَلاَئِـكَهْ وَاجِـبَـةٌ وَفَـاضَلُوا الْـمَـلاَئِكَهْ
Mereka mendapat penjagaan Alloh (dari perbuatan dosa) seperti para malaikat seluruhnya. (Penjagaan itu) wajib bahkan para Nabi lebih utama dari para malaikat
وَالْـمُسْـتَحِيْلُ ضِدُّ كُـلِّ وَاجِبِ فَـاحْـفَظْ لِخَمْسِيْنَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ
Dan sifat mustahil adalah lawan dari sifat yang wajib maka hafalkanlah 50 sifat itu sebagai ketentuan yang wajib
تَـفْصِيْـلُ خَمْسَةٍ وَعِشْرِيْـنَ لَزِمْ كُـلَّ مُـكَـلَّـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ
Adapun rincian nama para Rosul ada 25 itu wajib diketahui bagi setiap mukallaf, maka yakinilah dan ambilah keuntungannya
هُمْ آدَمُ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُـوْدٌ مَـعْ صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُـلٌّ مُـتَّبَعْ
Mereka adalah Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud serta Sholeh, Ibrahim ( yang masing-masing diikuti berikutnya)
لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيْلُ اِسْحَاقٌ كَـذَا يَعْـقُوْبُ يُوْسُفٌ وَأَيـُّوْبُ احْتَذَى
Luth, Ismail dan Ishaq demikian pula Ya’qub, Yusuf dan Ayyub dan selanjutnya
شُعَيْبُ هَارُوْنُ وَمُوْسَى وَالْـيَسَعْ ذُو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمانُ اتَّـبَـعْ
Syuaib, Harun, Musa dan Alyasa’, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman yang diikuti
إلْـيَـاسُ يُوْنُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى عِـيْسَـى وَطَـهَ خَاتِمٌ دَعْ غَـيَّا
Ilyas, Yunus, Zakaria, Yahya, Isa dan Thaha (Muhammad) sebagai penutup, maka tinggalkanlah jalan yang menyimpang dari kebenaran
عَلَـيْـهِـمُ الصَّـلاةُ والسَّـلامُ وآلِهِـمْ مـَـا دَامَـتِ اْلأَيـَّـامُ
Semoga sholawat dan salam terkumpulkan pada mereka dan keluarga mereka sepanjang masa
وَالْـمَـلَكُ الَّـذِي بِلاَ أَبٍ وَأُمْ لاَ أَكْـلَ لاَ شـُرْبَ وَلاَ نَوْمَ لَهُمْ
Adapun para malaikat itu tetap tanpa bapak dan ibu, tidak makan dan tidak minum serta tidak tidur
تَفْـصِـيْلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيْـلُ مِـيْـكَـالُ اِسْـرَافِيْلُ عِزْرَائِـيْلُ
Secara terperinci mereka ada 10, yaitu Jibril, Mikail, Isrofil, dan Izroil
مُـنْـكَرْ نَـكِـيْرٌ وَرَقِيْبٌ وَكَذَا عَـتِـيْدُ مَالِكٌ وَرِضْوَانُ احْتـَذَى
Munkar, Nakiir, dan Roqiib, demikian pula ‘Atiid, Maalik, dan Ridwan dan selanjutnya
أَرْبَـعَـةٌ مِنْ كُتُبٍ تَـفْصِيْـلُهَا تَـوْارَةُ مُـوْسَى بِالْهُدَى تَـنْـزِيْلُهَا
Empat dari Kitab-Kitab Suci Allah secara terperinci adalah Taurat bagi Nabi Musa diturunkan dengan membawa petunjuk
زَبُـوْرُ دَاوُدَ وَاِنْـجِـيْـلٌ عَلَى عِيْـسَى وَفُـرْقَانٌ عَلَى خَيْرِ الْمَـلاَ
Zabur bagi Nabi Dawud dan Injil bagi Nabi Isa dan AlQur’an bagi sebaik-baik kaum (Nabi Muhammad SAW)
وَصُحُـفُ الْـخَـلِيْلِ وَالْكَلِيْـمِ فِيْـهَـا كَلاَمُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيْـمِ
Dan lembaran-lembaran (Shuhuf) suci yang diturunkan untuk AlKholil (Nabi Ibrohim) dan AlKaliim (Nabi Musa) mengandung Perkataan dari Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui
وَكُـلُّ مَـا أَتَى بِهِ الـرَّسُـوْلُ فَحَـقُّـهُ الـتَّـسْـلِـيْمُ وَالْقَبُوْلُ
Dan segala apa-apa yang disampaikan oleh Rosulullah, maka kita wajib pasrah dan menerima
إِيـْمَـانُـنَا بِـيَـوْمِ آخِرٍ وَجَبْ وَكُـلِّ مَـا كَـانَ بِـهِ مِنَ الْعَجَبْ
Keimanan kita kepada Hari Akhir hukumnya wajib, dan segala perkara yang dahsyat pada Hari Akhir
خَـاتِمَةٌ فِي ذِكْرِ بَاقِي الْوَاجِـبِ مِمَّـا عَـلَى مُكَـلَّفٍ مِنْ وَاجِـبِ
Sebagai penutup untuk menerangkan ketetapan yang wajib, dari hal yang menjadi kewajiban bagi mukallaf
نَـبِـيُّـنَـا مُحَمَّدٌ قَـدْ أُرْسِلاَ لِلْـعَالَمِـيْـنَ رَحْـمَـةً وَفُضِّلاَ
Nabi kita Muhammad telah diutus untuk seluruh alam sebagai Rahmat dan keutamaan diberikan kepada beliau SAW melebihi semua
أَبـُوْهُ عَـبْدُ اللهِ عَبْدُ الْمُطَّلِـبْ وَهَـاشِمٌ عَبْـدُ مَنَافٍ يَـنْـتَسِبْ
Ayahnya bernama Abdullah putera Abdul Mutthalib, dan nasabnya bersambung kepada Hasyim putera Abdu Manaf
وَأُمُّـهُ آمِـنَـةُ الـزُّهْـرِيـَّـهْ أَرْضَـعَـهُ حَـلِيْمَـةُ السَّعْدِيـَّهْ
Dan ibunya bernama Aminah Az-Zuhriyyah, yang menyusui beliau adalah Halimah As-Sa’diyyah
مـَوْلِدُهُ بِـمَـكَـةَ اْلأَمِيْـنَـهْ وَفَـاتُـهُ بِـطَـيْـبَةَ الْـمَدِيْنَهْ
Lahirnya di Makkah yang aman, dan wafatnya di Toiybah (Madinah)
أَتَـمَّ قَـبْـلَ الْـوَحِيِ أرْبَعِيْنَا وَعُمْـرُهُ قَـدْ جَـاوَزَ الـسِّـتِّيْنَا
Sebelum turun wahyu, nabi Muhammad telah sempurna berumur 40 tahun, dan usia beliau 60 tahun lebih
وسـَبْـعَةٌ أَوْلاَدُهُ فَـمِـنْـهُـمُ ثَلاَثَـةٌ مِـنَ الـذُّكُـوْرِ تُـفْهَمُ
Ada 7 orang putera-puteri nabi Muhammad, diantara mereka 3 orang laki-laki, maka pahamilah itu
قـَاسِـمْ وَعَـبْدُ اللهِ وَهْوَ الطَّيـِّبُ وَطَـاهِـرٌ بِـذَيْـنِ ذَا يُـلَقَّبُ
Qasim dan Abdullah yang bergelar At-Thoyyib dan At-Thohir, dengan 2 sebutan inilah (At-Thoyyib dan At-Thohir) Abdullah diberi gelar
أَتَـاهُ إِبـْرَاهِـيْـمُ مِنْ سَـرِيـَّهْ فَأُمُّهُ مَارِيـَةُ الْـقِـبْـطِـيَّـهْ
Anak yang ketiga bernama Ibrohim dari Sariyyah (Amat perempuan), ibunya (Ibrohim) bernama Mariyah Al-Qibtiyyah
وَغَـيْـرُ إِبـْرَاهِيْمَ مِنْ خَـدِيْجَهْ هُمْ سِتَـةٌ فَـخُـذْ بِـهِمْ وَلِـيْجَهْ
Selain Ibrohim, ibu putera-puteri Nabi Muhammad berasal dari Khodijah, mereka ada 6 orang (selain Ibrohim), maka kenalilah dengan penuh cinta
وَأَرْبَعٌ مِـنَ اْلإِنـَاثِ تُـذْكَـرُ رِضْـوَانُ رَبِّـي لِلْـجَـمِـيْعِ يُذْكَرُ
Dan 4 orang anak perempuan Nabi akan disebutkan, semoga keridhoan Allah untuk mereka semua
فَـاطِـمَـةُ الزَّهْرَاءُ بَعْلُهَا عَلِيْ وَابـْنـَاهُمَا السِّبْطَانِ فَضْلُهُمْ جَلِيْ
Fatimah Az-Zahro yang bersuamikan Ali bin Abi Tholib, dan kedua putera mereka (Hasan dan Husein) adalah cucu Nabi yang sudah jelas keutamaanya
فَـزَيْـنَـبٌ وبَـعْـدَهَـا رُقَـيَّـهْ وَأُمُّ كُـلْـثُـوْمٍ زَكَـتْ رَضِيَّهْ
Kemudian Zaenab dan selanjutnya Ruqayyah, dan Ummu Kultsum yang suci lagi diridhoi
عَـنْ تِسْـعِ نِسْوَةٍ وَفَاةُ الْمُصْطَفَى خُـيِّـرْنَ فَاخْـتَرْنَ النَّـبِيَّ الْمُقْتَفَى
Dari 9 istri Nabi ditinggalkan setelah wafatnya, mereka semua telah diminta memilih syurga atu dunia, maka mereka memilih nabi sebagai panutan
عَـائِـشَـةٌ وَحَـفْصَةٌ وَسَـوْدَةُ صَـفِـيَّـةٌ مَـيْـمُـوْنَةٌ وَ رَمْلَةُ
Aisyah, Hafshah, dan Saudah, Shofiyyah, Maimunah, dan Romlah
هِنْـدٌ وَ زَيْـنَبٌ كَـذَا جُوَيـْرِيَهْ لِلْـمُـؤْمِنِيْنَ أُمَّـهَاتٌ مَرْضِيَهْ
Hindun dan Zaenab, begitu pula Juwairiyyah, Bagi kaum Mu’minin mereka menjadi ibu-ibu yang diridhoi
حَـمْـزَةُ عَـمُّـهُ وعَـبَّـاسٌ كَذَا عَمَّـتُـهُ صَـفِيَّـةٌ ذَاتُ احْتِذَا
Hamzah adalah Paman Nabi demikian pula ‘Abbas, Bibi Nabi adalah Shofiyyah yang mengikuti Nabi
وَقَـبْـلَ هِـجْـرَةِ النَّـبِيِّ اْلإِسْرَا مِـنْ مَـكَّـةٍ لَيْلاً لِقُدْسٍ يُدْرَى
Dan sebelum Nabi Hijrah (ke Madinah), terjadi peristiwa Isro’. Dari Makkah pada malam hari menuju Baitul Maqdis yang dapat dilihat
بَـعْـدَ إِسْـرَاءٍ عُـرُوْجٌ لِلـسَّمَا حَتىَّ رَأَى الـنَّـبِـيُّ رَبـًّا كَـلَّمَا
Setelah Isro’ lalu Mi’roj (naik) keatas sehingga Nabi melihat Tuhan yang berkata-kata
مِنْ غَيْرِ كَيْفٍ وَانْحِصَارٍ وَافْـتَرَضْ عَـلَـيْهِ خَمْساً بَعْدَ خَمْسِيْنَ فَرَضْ
Berkata-kata tanpa bentuk dan ruang. Disinilah diwajibkan kepadanya (sholat) 5 waktu yang sebelumnya 50 waktu
وَبَــلَّـغَ اْلأُمَّــةَ بِـاْلإِسـْرَاءِ وَفَـرْضِ خَـمْـسَةٍ بِلاَ امْتِرَاءِ
Dan Nabi telah menyampaikan kepada umat peristiwa Isro’ tersebut. Dan kewajiban sholat 5 waktu tanpa keraguan
قَـدْ فَـازَ صِـدِّيْقٌ بِتَـصْدِيْقٍ لَـهُ وَبِـالْـعُرُوْجِ الصِّدْقُ وَافَى أَهْلَهُ
Sungguh beruntung sahabat Abubakar As-Shiddiq dengan membenarkan peristiwa tersebut, juga peristiwa Mi’raj yang sudah sepantasnya kebenaran itu disandang bagi pelaku Isro’ Mi’roj
وَهَــذِهِ عَـقِـيْـدَةٌ مُـخْـتَصَرَهْ وَلِـلْـعَـوَامِ سَـهْـلَةٌ مُيَسَّرَهْ
Inilah keterangan Aqidah secara ringkas bagi orang-orang awam yang mudah dan gampang
نـَاظِـمُ تِلْـكَ أَحْـمَدُ الْمَرْزُوقِيْ مَـنْ يَنْـتَمِي لِلصَّادِقِ الْمَصْدُوْقِ
Yang di nadhomkan oleh Ahmad Al Marzuqi, seorang yang bernisbat kepada Nabi Muhammad (As-Shodiqul Mashduq)
وَ الْحَـمْـدُ ِللهِ وَصَـلَّى سَـلَّمَا عَلَـى النَّبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ عَلَّمَا
Dan segala puji bagi Allah serta Sholawat dan Salam tercurahkan kepada Nabi sebaik-baik orang yang telah mengajar
وَاْلآلِ وَالـصَّـحْـبِ وَكُـلِّ مُرْشِدِ وَكُـلِّ مَـنْ بِخَيْرِ هَدْيٍ يَقْتَدِي
Juga kepada keluarga dan sahabat serta orang yang memberi petunjuk dan orang yang mengikuti petunjuk
وَأَسْـأَلُ الْكَـرِيْمَ إِخْـلاَصَ الْعَمَلْ ونَـفْـعَ كُـلِّ مَنْ بِهَا قَدِ اشْتَغَلْ
Dan saya mohon kepada Allah yang Maha Pemurah keikhlasan dalam beramal dan manfaat bagi setiap orang yang berpegang teguh pada aqidah ini
أبْيَاتُهَا ( مَـيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَّلِ تَارِيْخُها ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَّلِ
Nadhom ini ada 57 bait dengan hitungan abjad, tahun penulisannya 1258 Hijriah
سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَامِ مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَّمَامِ
Aku namakan aqidah ini Aqidatul Awwam, keterangan yang wajib diketahui dalam urusan agama dengan sempurna.
Posted in Agama | Comments Off