Home Silsilah Blog Lain-lain Lain-lain Buku-tamu Lain-lain

Iblis Juga Beriman

Ditulis pada April 20, 2013 – 12:59 am | oleh admin |

Sepulang dari madrasah, Labib (kelas 3 MI Qudsiyah) bertanya, “Iblis itu beriman kepada Allah tidak?” Jawab ayahnya, “Oh yaa, iblis beriman kepada Allah, bahkan iblis pernah berdialog dengan Allah ketika masih disurga”

Syahdan dahulu kala, ketika manusia pertama kali diciptakan oleh Allah, para malaikat diperintahkan sujud kepadanya, dan semua malaikat pun sujud, kecuali iblis. Pembangkangan iblis tersebut menuai kemarahan Allah, akhirnya iblis pun ‘dipersilahkan’ untuk menghuni neraka jahanam. Namun, lagi-lagi iblis meminta kepada Allah untuk menangguhkan eksekusinya, dan agar diijinkan untuk membawa manusia bersamanya. Dan Tuhan pun mengabulkannya.

Dari cerita di atas, tidak cukup alasan untuk mengatakan bahwa iblis tidak beriman kepada Allah. Bahkan iblis telah lebih dahulu ‘kenal’ dan ‘dekat’ dengan Allah dibanding manusia. Iblis percaya bahwa tiada tuhan selain Allah, beberapa ulama menyatakan bahwa ketauhidan yang hakiki adalah ketauhidan yang dimiliki oleh iblis. Mereka hanya mau bersujud kepada Allah, dan tidak kepada makhluk apa pun.

Lalu kenapa iblis kemudian mesti menerima ganjaran menjadi penghuni neraka jahanam? Apakah hanya sekedar akibat tidak mau bersujud kepada manusia? Padahal dalam perspektif tauhid sikap tersebut justru amatlah tepat, karena bersujud kepada makhluk lain berarti telah menyekutukan Tuhannya. Atau karena ego Allah yang tersinggung oleh sikap tauhid sang iblis, sehingga untuk menutupi ‘kesalahan’-Nya, maka dengan kekuasaan-Nya iblis pun harus menuai derita dengan menghabiskan hidup dan kehidupannya di neraka jahanam.

Bukan karena ego Allah, bukan pula karena ia mempertahankan sikap tauhidnya yang membuat iblis dibuang ke neraka jahanam. Iblis layak menghuni neraka jahanam karena tiada ketaatan dalam imannya. Beriman bukanlah sekedar percaya dan yakin, tetapi juga terwujud dalam perbuatan. Taat, tunduk dan patuh terhadap apa yang diimaninya, itulah esensinya beriman. Tiada keimanan tanpa ketaatan.

Iblis hanya tunduk dan patuh pada hal-hal yang ia mau, tetapi ia senantiasa akan membangkang untuk hal-hal yang tidak ia suka. Padahal ketaatan, ketundukan dan kepatuhan harusnya pada hal-hal yang semestinya, bukan pada hal-hal yang dimaui. Bukan merupakan sebuah ketaatan apabila hanya sekedar dilandaskan pada apa yang ‘kita’ mau. Sebuah ketaatan dilandaskan pada apa yang semestinya.

Iblis hanya mau memahami apa yang ia mau, dan menganggap apa yang sudah ia pahami sebagai kebenaran yang sebenar-benarnya. Padahal kebenaran yang ia pahami itu bukanlah kebenaran yang sebenar-benarnya, tetapi hanya sekedar kebenaran yang ia mau atau dengan bahasa lain adalah pembenaran. Alasan iblis untuk tidak mau bersujud pada manusia adalah karena ia memahami (baca: merasa) bahwa ia ‘lebih tinggi’ daripada manusia. Ia sama sekali menampik pemahaman bahwa ia ‘mesti’ bersujud bukan karena ‘kalah’ atau ‘lebih rendah’ daripada manusia, tetapi karena memang itu adalah perintah Tuhan.

Iblis senantiasa mengedepankan kemauan (baca: nafsu) dan menafikan kemestian. Iman iblis hanya dibangun atas sekedar percaya dan sama sekali tidak ada ketaatan di dalamnya. Iblis hanya mau menjalankan kebenaran yang dimauinya, di luar ‘kebenaran’ itu adalah salah. Dengan keimanannya itu bahkan ia melupakan hak dan kewenangan Tuhan sebagai pemilik kebenaran.

Sumber: FB Keluarga [aslim.akmal]

comments

Komentar Akun Facebook

Pastikan anda login Facebook untuk isi komentar, jika proxy rumah/kantor di blokir utk facebook, komentar form tidak akan muncul.

Kata Pengantar

Assalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

 Selamat datang di website keluarga besar KH. Imam Haromain - Kudus, https://www.haromain.org.
Semoga dengan adanya media dan forum di internet untuk silaturohmi dan diskusi akan menambah erat dan kenal dalam hubungan kekeluargaan kita semua. Amin.


Wassalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh
Cari Berita :



  Facebook groups "Keluarga.Haromain"