Home Silsilah Blog Lain-lain Lain-lain Buku-tamu Lain-lain

Cerita Tutur Dari Waktu ke Waktu Mbah Imam Haromain.

Ditulis pada December 24, 2012 – 7:26 am | oleh admin |
Suatu hari Mbah Imam Haromain kedatangan salah satu santrinya. Seperti biasanya, Mbah Imam memersilahkan tamunya duduk di sebelahnya di “dipan” tempat beliau tidur. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, tiba-tiba sang santri merasa pantatnya ada yang menggigit, dirabalah pantatnya dan ia menemukan sesuatu yang membuat ia gusar, seekor kutu kecil (orang Kudus menyebutnya “tinggi”). Tanpa sadar dibunuhlah kutu tersebut dan keluarlah aroma khas yang menyengat hidung.Ternyata bau menyengat itu sampai juga tercium oleh Mbah Imam, lalu bertanyalah beliau kepada sang santri.
“Ambune kok koyo tinggi dipateni” – (Baunya kok seperti kutu dibunuh),
Sang santri menimpali “Nggih Mbah, kulo nembe mawon mejahi tinggi” – (Iya mbah saya baru saja membunuh kutu).
Seketika itu Mbah Imam menangis tersedu-sedu.
Sang santri menjadi panik, penasaran dan bertanya-tanya, “Kenging menopo Mbah Imam kok muwun?” (Kenapa mbah kok terisak – isak?).
Setelah cukup lama Mbah Imam menjawab,
“Kowe kudu iso nguripno tinggi sing mbok pateni mau”,(Kamu harus bisa menghidupkan lagi kutu yg baru saja kamu bunuh),
“Tinggi iku mau kancaku, sing nggugah aku wayah tengah wengi”, (Kutu tersebut temanku, yg membangunkan waktu tengah malam)”,
Sopo sing ape nggugah aku nek kancaku mau wis mbok pateni?”(Siapa lagi nanti yg akan ,membangunkan saya lagi kalo sudah kamu bunuh?).
Sang santri termenung … menyesali apa yang telah ia lakukan … “Nyuwun duko soho nyuwun pangapunten Mbah, kulo mboten sengojo mejahi tinggi meniko”
(Saya menyesal dan minta maaf mbah, saya tidak sengaja/khilaf membunuh kutu tersebut).
Sesaat kemudian sang santri berpamitan pulang dengan penuh penyesalan, dan Mbah Imam tetap dalam kesedihannya …

Kisah ini memberi pelajaran kepada para cucu-cucunya agar tidak sewenang-wenang kepada binatang, bisa jadi ia merugikan karena telah mengambil sebagian darah kita untuk sekedar memenuhi kebutuhan hidupnya, meski jelas, tidak ada penyakit yang disebabkan oleh sang kutu, “tinggi”. Tetapi bagi yang lain ternyata binantang bisa menjadi sahabat terbaiknya … wallahu a’lam

Cerita ini bersumber dari M. Akmal Moeslim (ayah), bapak KH. Choiro Zjad TA, bapak H. Muslih Puspitan (alm), bapak H. Abdul Haq Kauman Menara (alm), [cucu menantu]

Diambil-edit dari  FB : Aslim.Akmal
comments

Komentar Akun Facebook

Pastikan anda login Facebook untuk isi komentar, jika proxy rumah/kantor di blokir utk facebook, komentar form tidak akan muncul.

Kata Pengantar

Assalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

 Selamat datang di website keluarga besar KH. Imam Haromain - Kudus, https://www.haromain.org.
Semoga dengan adanya media dan forum di internet untuk silaturohmi dan diskusi akan menambah erat dan kenal dalam hubungan kekeluargaan kita semua. Amin.


Wassalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh
Cari Berita :



  Facebook groups "Keluarga.Haromain"