Mbah Arwani dan Sang Pencopet
Mbah Arwani, itulah kebiasaan sehari-hari masyarakat Kudus dan para santri memanggil Simbah KH. Arwani almarhum wal maghfuurilah. Beliau adalah cucu Mbah Imam Haromain dari jalur KH. Amin Sa’id (putra ketiga).
Sungguh banyak keteladanan yang ada pada diri Mbah Arwani yang bisa diterapkan oleh siapa saja di zaman krisis keteladanan, seperti sekarang ini. Contohnya adalah peristiwa Mbah Arwani kecopetan dalam bus.
Suatu hari Mbah Arwani pergi ke Semarang naik bus dengan ditemani salah satu santrinya, KH. Muhammad Manshur “Sang Badal”. Dalam perjalanan itu, bus penuh sesak sehingga Mbah Arwani harus berdiri berdesak-desakan dengan para penumpang yang lain.
Seperti adakalanya, kesempitan adalah kesempatan merupakan motto pencopet. Dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Sang Pencopet untuk merogoh saku piyama Mbah Arwani, namun kelakuan sang pencopet diketahui oleh Sang Badal. Marahlah Sang Badal dan hendak menempeleng Sang Pencopet, tetapi mbah Arwani mencegahnya sambil menasihati Sang Badal: “Wis elah .. wis elah .. untung ora kuwe sing nyopet” (Biarlah .. biarlah .. beruntung tidak kamu yang jadi copetnya).
Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini adalah keikhlasan dan sikap sabar dari sosok Mbah Arwani yang diajarkan secara langsung kepada “Sang Badal” dan kita semua.
Cerita ini bersumber dari Bapak H. Ma’ruf Efendi (mantan sopir pribadi Mbah Arwani)